Memaknai Hari Sumpah Pemuda Berdasarkan Perspektif Islam
“Selamat hari sumpah pemuda, mari kita kembalikan kepercayaan diri, keyakinan akan keberhasilan, kebulatan tekad dalam diri pemuda, pemuda pemberani untuk membangun negeri.” Begitulah yang diungkapkan oleh Ust. Umar S.Pd.I (kamad MTs. Miftahul Midad) pada momentum hari sumpah pemuda tahun ini. Dimana 94 tahun yang lalu para pemuda bangsa mengikrarkan cita-cita akan “tanah air Indonesia”, “bangsa Indonesia”, dan “bahasa Indonesia”.
Di tengah-tengah perkembangan zaman yang dipenuhi dengan berbagai macam model kehidupan, sangat miris jika bangsa ini kehilangan jati dirinya sendiri. Di mana segala sesuatu dapat dijangkau dengan mudah, dikerjakan dengan ringan, dan didapat dalam waktu yang sangat singkat. Maka tidak sedikit dari generasi muda terpengaruh dengan keadaan hidup yang sedemikian rupa. Mereka lupa bahwa keindahan dunia ini fana. Pemuda yang seharusnya menjadi penegak suatu bangsa kini telah banyak dikikis oleh pengaruh zaman.
Menukil perkataan Syaikh Mustofa Al-Ghulayaini dalam Kitab ‘Idzdzatun Nasyi’iin :
شُبَّانُ الْيَوْمِ رِجَالُ الْغَدِ إِنَّ فِي يَدِكُمْ أَمْرُ الْأُمَّةِ وَفِي اَقْدَامِكُمْ حَيَاتُهَا
“Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Sesungguhnya di tanganmu-lah urusan bangsa dan dalam langkahmu tertanggung masa depan bangsa.”
Dawuh Syaikh Mustofa Al-Ghulayaini ini menggambarkan, nasib sebuah bangsa di masa mendatang tergantung kualitas generasi hari ini, dan kualitas seseorang akan ternilai baik dari akhlaknya. Oleh karena itu MTs. Miftahul Midad dalam pelaksaan kurikulumnya, selain senantiasa berbenah dalam hal akademik juga senantiasa meningkatkan nilai-nilai non akademiknya antara lain akhlakul karimah para siswa-siswi dan juga guru.
Apalah artinya sebuah nilai akademik murid tinggi, jikalau akhlakul karimahnya rendah. Ulama’ salaf pernah berkata:
اَلْاَدَبُ فَوْقَ الْعِلْمِ
“Adab/akhlakul karimah itu lebih unggul daripada ilmu”
Dan seorang guru harus menjadi contoh yang baik bagi muridnya. Karena seorang murid tidak hanya mendengar apa yang disampaikan guru, melainkan juga melihat apa yang dilakukan guru. Dan nasihat seorang guru akan sangat dapat diterima murid apabila perkataan guru selaras dengan apa yang dilakukannya.
لِسَانُ الْحَالِ أَفْصَحُ مِنْ لِسَانِ الْمَقَالِ
“Bahasa keadaan lebih fasih (menunjukkan) realita daripada bahasa lisan semata”.
Betapa pentingnya bukan, memiliki akhlakul karimah? Menjadi murid yang pintar saja tak cukup, ia harus mengimbangi kepintaranya dengan karakter dan perilaku yang mencerminkan seorang santri sebagai pemuda Indonesia. Karena belajar di madrasah tidak hanya mencari kepintaran, namun juga mencari keberkahan.
Dengan semangat perjuangan para pahlawan terdahulu kita, mari kita tingkatkan pribadi kita menjadi pribadi yang unggul dalam ilmu dan akhlak. Agar menjadi harapan bangsa Indonesia yang hebat dan berkualitas.
Oleh : Rois Nasiruddin, S.Pd.I
Guru dan Waka Kurikulum MTs Miftahul Midad