Peringatan Hari Pahlawan Moment Santri Berkontribusi Melalui Literasi
10 November 1945 merupakan hari pahlawan nasional dan menjadi momen bersejarah dan berharga bagi bangsa Indonesia dalam mewujudkan kemerdekaan yang saat ini bisa kita rasakan nikmatnya. Salah satu peran penting itu ketika Pendiri NU Hadratusyekh Hasyim Asy’ari mencetuskan fatwa yang mewajibkan warga negara dalam jarak tertentu untuk melawan penjajah. Fatwa tersebut di kemudian hari dikenal dengan Resolusi Jihad yang memunculkan lahirnya peristiwa 10 November di Surabaya. Sehingga jika tidak ada Resolusi Jihad, maka tidak akan ada Hari Pahlawan.
حُبُّ الْوَطَنِ مِنَ الْإِيْمَانِ
Cinta Tanah Air adalah bagian dari iman
Meskipun bukanlah teks hadits apalagi Al-Qur’an. Makna Hubbul Wathan minal Iman adalah shahih, sebagaimana diungkapkan oleh para ulama’.
Hubbul wathan minal iman bukan sekadar slogan, tapi telah menjadi prinsip yang dipegang teguh oleh NU terlebih para santri. Santri akan terus berjuang mempertahankan sekaligus mengisi hasil perjuangan para ulama dalam memerdekakan negeri ini.
Tapi yang menjadi pertanyaan penting adalah apa bentuk kontribusi kita saat ini untuk negeri?
Hari ini kita telah merdeka, tetapi bukan berarti negeri ini tidak memiliki masalah dan tantangan lagi. Di dunia maya khususnya media sosial, kita melihat berbagai ide dan gagasan dari berbagai macam ideologi. Sebagai seorang santri, kita dituntut untuk mampu menyaring informasi, bertahan dari berbagai macam ideologi yang menyerang ideologi negara, atau ideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah. Oleh karena itu, salah satu kontribusi yang bisa kita lakukan saat ini adalah dengan jihad literasi. Bersungguh-sungguh meningkatkan kemampuan dan potensi kita dengan cara menulis, karena menulis merupakan budaya Ulama’.
Jika membaca sejarah, budaya literasi telah dilakukan oleh para ulama terdahulu, bahkan tradisi menulis sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Beberapa sahabat mengumpulkan dan menulis al-Qur’an. Walaupun sempat dilarang, akhirnya hadits Rasulullah juga akhirnya ditulis dan dibukukan. Berkat aktivitas literasi yang dilakukan para sahabat, dapat dengan mudah kita mempelajari hadits dari Rasulullah SAW.
Jadi, ketika kita melakukan jihad literasi, itu berarti meneruskan dan melestarikan budaya literasi yang telah dibangun para ulama dan kiai serta mengisi kemerdekaan negeri ini.
Oleh karena itu, penulis sangat mendukung dengan adanya program GELEM (Gerakan Literasi Madrasah) di MTs. Miftahul Midad yang menampung berbagai bentuk karya tulis guru dan siswa yang dipublis di buletin Qiroatuna. Karena dengan program tersebut melatih guru dan para siswa untuk menulis.
“Selamat Hari Pahlawan Nasional 10 November 2022. Budaya literasi, semangat santri untuk negeri.”
M. Rois Nasiruddin, S.Pd.I
Waka Kurikulum MTs Miftahul Midad