
Perubahan radikal Imam Ghozali
Perubahan radikal Imam Ghozali terjadi saat mendalami tasawwuf, setelah sebelumnya telah meminum samudra pengetahuan syari’at, teologi, filsafat dan aliran kebatinan. Beliau diharuskan melepaskan semua ikatan duniawi, disamping jabatan tinggi sebagai penasihat raja sekaligus rektor universitas bergengsi kala itu, kekayaan dan penghargaan prestisius yang dimilikinya. Satu sisi ingin keluar dari Baghdad, di sisi lain meninggalkan rutinitas bukan hal yang mudah.
Enam bulan Beliau mengalami dilema, tak ada kata satu pun keluar saat mengajar. Semua ilmu seakan lenyap, terdiam kaku di depan santrinya, tak ada gairah makan, kondisi jiwanya berdampak pada kesehatannya. Semua dokter ahli memvonis Beliau mengalami gangguan psikomatis.

Tekad bulat Beliau mendorong untuk meninggalkan Baghdad, “Kalau Aku tidak merasakan pengalaman sufi, maka Aku tidak akan tahu kebenarannya” kira-kira begitu yang Beliau ucapkan. Beliau menempuh jalan sufi, selama 2 tahun bermukim di Syam, sesekali pergi haji dan berziarah ke Masjidil Aqsa. Pada siang hari Beliau mengunci diri di menara Masjid Damaskus, berkholwat. Kabarnya kitab Ihya’ Ulumiddin juga dikarang disana, wallahu a’lam. Hingga akhirnya Beliau wafat di tanah kelahirannya; Thus, Iran. Meninggalkan karya-karya Masterpiece disetiap bidang pengetahuan.
Ilaa ruhi hujjatil Islam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghozali, al Faatihah …..
Penulis: A Gus M. Aufa Abdillah