
Perempuan Inspirator Itu Bernama Ida Nurfadilah
Upaya pemerintah untuk memajukan bidang pendidikan tidak sedang main-main. Salah satu instansi yang juga menangani pendidikan adalah Kementerian Agama RI melalui Irjen Pendidikan Madrasah. Langkah-langkah upaya membuat kemajuan pada dunia pendidikan mulai getol dilakukan Kemenag. Utamanya pada lembaga madrasah yang menjadi centra utama proses pendidikan dan pembelajaran dilakukan. Salah satu upayanya adalah membuat sebuah tim yang didalamnya terdiri dari beberapa orang yang memiliki pengalaman di dunia pendidikan. Dengan berbagai latar belakang profesi di dunia pendidikan seperti kepala madrasah atau guru senior. Adapun tugasnya sebagai pengontrol dan pembina sebuah lembaga madrasah di wilayah tertentu. Mereka biasa disebut Pengawas Madrasah.
Salah satu yang menarik untuk dikupas adalah seorang Pengawas Madrasah di lingkungan Kantor Kementerian Agama (KEMENAG) Kabupaten Lumajang. Pengawas ini sedang menjadi sorotan, bukan karena kasus atau hal negatif lain. Namun cara kerjanya yang berbeda dari pengawas pada umumnya. Yakni pribadi yang supel, bersahabat dan rendah hati, ia juga bersikap terbuka dengan semua orang. Sebut saja Ida Nurfadilah, S.Pd. MM. Pengawas Madrasah Kantor KEMENAG di kabupaten pengasil pisang terbesar ini bertugas di wilayah Kecamatan Sukodono dan Senduro. Dari perjalanan ia mengawasi dan mengawal madrasah binaanya banyak hal baru yang dirasakan oleh civitas lembaga. Beberapa penilaian itu muncul dari kepala madrasah dan guru. Penulis mengumpulkan data ini berdasar penilainnya secara objektif dan melakukan wawancara dengan beberapa guru di MTs Miftahul Midad dan informasi dari hasil ngobrol ringan dengan guru yang mengajar di lembaga Hasyim Asyari Lumajang. Tentu tidak semua guru, tetapi yang pernah mengenal dan sempat berkomunikasi dengannya.
Tidak seperti pengawas pada umumnya yang kebanyakan bersikap menjustifikasi atau menghakimi kekurangan sebuah lembaga sehingga membuat lembaga yang dimonitoring merasa “ketakutan” dan tertekan. Ibu ini sungguh berbeda 180°, Kesan-kesan yang dirasakan adalah karakter seorang teman, sahabat, orang tua. Gayanya yang supel yang tak pernah menampakkan posisinya sebagai orang yang punya posisi penting dan lebih tinggi jabatannya, membuat kepala madrasah atau guru lebih nyaman bahkan bersemangat ketika akan dimonitoring. Karena mereka merasa akan kedatangan orang yang akan membimbingnya untuk perubahan baik pada lembaga, bukan yang akan menghakiminya.
Setiap kali melakukan monitoring, ia lebih sering mendengar daripada berbicara. Ia terlebih dahulu membiarkan seorang guru atau kepala madrasah merasa nyaman dengan kehadirannya. Dalam kondisi inilah kepala dan guru tidak lagi tertekan dan takut. Pada akhirnya lembaga tidak segan menyampaikan informasi secara jujur mengenai situasi dan kondisi riil lembaga. Cerdas bukan! Kemudian disinilah perempuan yang memiliki 2 anak dan 1 cucu ini mendapat data riil, mengumpulkannya untuk selanjutnya mendiagnosisnya. Bagaikan seorang dokter yang sudah menemukan penyakit pasiennya dan dengan mudah menyiapkan langkah penyembuhannya dengan berbagai obat dan tindakan medis. Begitu juga dengan pengawas ini. Ia secara mudah menyiapkan langkah-langkah apa yang akan dilakukan untuk membenahi lembaga binaannya ini. Tentu dengan gaya khasnya meyampaikan nasihatnya seperti seorang Ibu kepada anak-anaknya, dengan sabar dan kasih sayang. Sehingga setiap lembaga dengan sadar dan suka hati bahkan bersemangat melakukan nasihat-nasihatnya. Bukan melakukan tindakan-tindakan yang hanya upaya menutupi kekurangan sebuah lembaga tapi benar-benar berubah menjadi lebih baik.
Tak hanya itu ia juga begitu aktif hadir di forum-forum guru, semisal di MGMP (Musayawarah guru Mata Pelajaran) Bahasa Indonesia MTs se-Kabupaten Lumajang. Sekalipun bukan menjadi tugas pokoknya sebagai pengawas ia dengan sukarela menjadi Pembina dan selalu aktif mengikuti kegiatan ini. Dalam perannya sebagai pembina tak jarang beliau juga mengorbankan banyak hal untuk kegiatan ini. Selain itu tak pernah memposisikan diri lebih tinggi dan berwibawa dari anggota binannya. Ia justru lebih suka berada diurutan bangku paling belakang agar bisa sejajar dengan anggota lainnya. Hal inilah yang menjadi salah satu sikapnya yang bisa memotivasi banyak orang, utamanya penulis sendiri. Hehehe.
Tulisan ini murni penilaian objektif, terlepas adanya berbedaan penafsiran saya rasa itu sudah biasa. Kami berharap karakter semacam ini juga bisa menginspirasi banyak orang. Sehingga upaya untuk membuat perubahan terhadap suatu hal bisa tercapai sesuai harapan. Bukan malah ditipu oleh upaya menutup-nutupi kekurangan. Selamat beraktifitas, mari berubah menjadi lebih baik.



